Selamat Datang di Kawasan Penyair Nusantara : ACEHBANGKA BELITUNG BALIBANTENJAKARTAJAMBIJABAR JATENG JATIMKALSEL - KALBAR KALTENG - KALTIMKEP.RIAU - LAMPUNG - MADURAMALUKUNTB – NTTPAPUASULBARSULSELSULTENGSULTENGGARASULUTSUMBAR SUMSEL = SUMUTYOGYAMALAYSIASINGAPURABRUNEI THAILANDTAIWAN : Terima Kasih Kunjungan Anda

Minggu, 10 Oktober 2010

SAYA SUDAH TENANG KARENA ANAK-ANAKKU TELAH SALAT SEMUA

oleh Syaifuddin Gani

Kisah Kedua Puluh Sembilan
Judul di atas adalah pernyataan Ayah saya lebih lima belas tahun silam. Hal itu dikatakannnya di kampung, ketika kami, anak-anaknya, akan kembali lagi ke kota rantauan. Salat adalah kewajiban mutlak yang selalu diingatkan Ayah kepada kami anak-anaknya. Ayah merasa berdosa dan gagal jika salat saja tidak ditegakkan oleh kami.
Pesan Ayah itulah yang sampai kini terus kuingat, sehingga ketika akan meninggalkan salat atau pernah meninggalkan salat, saya langsung mengingat yang namanya dosa. Saya langsung merasa telah menciptakan dosa buat Ayah. Bukankah Ayah telah merasa tunai sudah kewajibannya kepada Allah di dalam memerintahkan anak-anaknya untuk selalu mendirikan salat? Selanjutnya klik