Selamat Datang di Kawasan Penyair Nusantara : ACEHBANGKA BELITUNG BALIBANTENJAKARTAJAMBIJABAR JATENG JATIMKALSEL - KALBAR KALTENG - KALTIMKEP.RIAU - LAMPUNG - MADURAMALUKUNTB – NTTPAPUASULBARSULSELSULTENGSULTENGGARASULUTSUMBAR SUMSEL = SUMUTYOGYAMALAYSIASINGAPURABRUNEI THAILANDTAIWAN : Terima Kasih Kunjungan Anda

Minggu, 20 Maret 2011

3 KOTA 1 ANTOLOGI 1001 MAKNA

Hary Soedarto Harjono*

Berkumpul bersama adalah permulaan, tetap bersama adalah kemajuan, dan bekerja bersama adalah keberhasilan. Pernyataan Henry Ford ini agaknya tepat mewakili kerja kolaborasi 3 dukun kata dari 3 kota yang menghasilkan antologi sajak 3 di Hati. Jika mengintip latar historis terciptanya antologi ini yang tidak dapat dilepaskan dari atmosfir ‘negeri gurindam” tempat masyhurnya nasihat-nasihat Raja Ali Haji yang bernafaskan Melayu dan Islam, maka aura sastra klasik itu — setidaknya atmosfir syair, pantun, atau gurindam dan nilai-nilai Islam — dapat diduga mewarnai sajak-sajak yang terhimpun di dalamnya. Meskipun sudah barang tentu penyair juga melakukan transformasi estetika dan nilai-nilai tersebut dalam proses penciptaan sehingga dihasilkan sajak-sajak universal yang ‘melesat’ meninggalkan lingkungan fisik, sosial, psikologi, dan budayanya. Selanjutnya klik disini...